Skip to main content

Kesunyian Diam

Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono

Entah akan sampai kapan, bahkan kini sudah tiba di bulan Juni
Perempuan itu terus berunding dengan perasaannya sendiri
Masih tawar-menawar takdir yang mungkin masih berstatus nasib
Ia terus mengirim pesan dan meninggalkan beberapa panggilan padamu
Sementara jauh di sana kamu hanya berupa sepi

Tak jarang perempuan itu menghaturkan doa
Pikirnya, itu cara merengkuhmu dari jauh
Namun justru semakin menjebaknya dalam lengang
Hingga saat ini ia masih tetap memendam dalam
Apa tak jua kamu rasa ia berharap?

Perempuan itu meratap, harap-harap cemas
Wajahnya murung lebih gelap dari mendung
Menunggu, menjaga, menanti balasan darimu
Hatinya terlunta, tapi lidahnya kelu
Namun, ia tak juga mampu untuk satu hal itu

"Aku mencintaimu", kalimat yang hanya mampu berkecamuk dalam hatinya
Ketika sampai di kerongkongan, yang keluar hanya parau
Tak pelak, kalimat itu berubah menjadi tangis
Memecah kesunyian di dini hari yang abadi.


Comments

Popular posts from this blog

Petang Selanjutnya Tidak Pernah Datang

Petang itu semua seakan berhenti dan seakan-akan memang dipaksa untuk berhenti aku kehilangan dirinya, jangankan wujud nyatanya, sekelebat bayangnya pun tidak ku temukan biasanya ia muncul pada petang tanpa diundang lewat sebuah pesan dengan senyum dan sapa khas, hanya ia yang punya kami biasa membuat janji di sebuah tempat yang banyak orang lalu lalang, tempat pedagang menjajakan dagangannya, tempat muda mudi bercengkrama sembari melepas tawa pada sebuah petang dan selalu begitu pada beberapa petang selanjutnya tapi petang itu, menjadi petang teakhir kami menghabiskan waktu seakan semua yang lalu tidak pernah ada kami beku, kaku.. kolam ikan dan pohon jambu jadi saksi bisu kami tidak bisa bicara seleluasa biasanya hati rasanya ngilu setelah itu, petang selanjutnya ia tidak pernah datang menemuiku. 27 July 2011 | 17:03 re-write dari akun kompasiana.dewantinurcahyani.com