Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2014

Petang Selanjutnya Tidak Pernah Datang

Petang itu semua seakan berhenti dan seakan-akan memang dipaksa untuk berhenti aku kehilangan dirinya, jangankan wujud nyatanya, sekelebat bayangnya pun tidak ku temukan biasanya ia muncul pada petang tanpa diundang lewat sebuah pesan dengan senyum dan sapa khas, hanya ia yang punya kami biasa membuat janji di sebuah tempat yang banyak orang lalu lalang, tempat pedagang menjajakan dagangannya, tempat muda mudi bercengkrama sembari melepas tawa pada sebuah petang dan selalu begitu pada beberapa petang selanjutnya tapi petang itu, menjadi petang teakhir kami menghabiskan waktu seakan semua yang lalu tidak pernah ada kami beku, kaku.. kolam ikan dan pohon jambu jadi saksi bisu kami tidak bisa bicara seleluasa biasanya hati rasanya ngilu setelah itu, petang selanjutnya ia tidak pernah datang menemuiku. 27 July 2011 | 17:03 re-write dari akun kompasiana.dewantinurcahyani.com

Tidak Mau(nya) Tidak

Da hulu kamu, kini (masih) kamu Harusnya kenangan masa lalu itu membatu Harusnya kamu hanya sebutir debu yang tinggal disapu Harusnya seperti itu, mauku!!! Namun keadaan nyata memaksa untu k mau tidak mau Sehingga peristiwa berulang beberapa kali waktu Beberapa kali kamu hilang Beberapa kali kamu datang Beberapa kali kamu terbang Beberapa kali kamu pulang Beberapa kali berulang tanpa diundang Meski dalam logika kumenolak, kepada perasaanku kian mendesa k Bagaimana lagi caraku untuk mengelak??? Sedang di sepanjang jalan yang telah k ita lalui, terlalu banyak jejak kita berserak Tidak namun iya, kenyataannya kamu (masih) menang telak!!! *bukan hanya soal mau-tidak mau, logika-perasaan, menang-kalah, dll.. Ini soal.. hmm...   Selamat berkarya apa pun rasanya!!! hihihi ;p Depok, tengah pagi 06 June 2013 | 02:27 re-write dari akun kompasiana.dewantinurcahyani.com :)

Cinta Dalam Cerita

Sejak aku mengenalmu, seperti bijih besi bertemu magnet, aku selalu tertarik jika ada kamu entah siapa yang kutub utara dan kutub selatan, itu tidak terlalu penting yang paling penting adalah kebersamaan kita Kamu memberi sesuatu yang berarti, memberi sesuatu yang baru, dan memberi warna kehidupan yang beraneka dalam hidupku tidak hanya itu, kamu memberi kasih, sayang, dan cinta sampai-sampai mengubah pandanganku tentang laki-laki tidak semua laki-laki itu sama, misalnya..kamu Kamu pintar, riang, dan menyenangkan selalu bisa menjawab apa yang aku tanyakan bertanya, menjawab, meminta, memberi, itulah kita oh..sebenarnya terlalu indah hubungan ini “Kamu memang tidak tahu.. aku selalu bercerita pada semua orang tentangmu, seorang laki-laki baik hati yang penuh dengan kasih dan cinta dalam kisah beberapa waktu lalu yang tidak pernah menyisakan kelam, sedikitpun…”   30 July 2011 | 21:23 rewrite dari akun http://www.kompasiana.com/kompasiana.dewant

Maaf(kan), Aku atau Mereka?

Lagi, untuk kesekian juta kali aku mengucap maaf untuk kesalahan yang dulu, belum lama kemarin, beberapa bulan lalu, satu minggu yang lalu, hari ini, dan juga untuk kesalahan esok yang belum direncanakan tapi sebenarnya, perlukah aku mengatakannya lagi, berulang-ulang dengan tidak berhenti meminta maaf tetapi aku juga tidak berhenti menyakitimu “ Kamu tidak salah “, setiap kali aku meminta maaf, tapi tiap kali itu pula kamu terluka.. kalau hatiku batu, tentu saja aku akan bilang “ Aku memang tidak bersalah, kamu saja terlalu lemah “ aku sebenarnya lelah, katanya salah, maka minta maaf, bersalah lagi, lalu minta maaf lagi karena bukan berarti aku tidak pernah terluka dalam kisah kita yang belum pernah ada awal dan sudah tentu belum ada akhirnya ini.. kalau aku dan kamu saja tidak ada yang tahu pasti, siapa yang sebenarnya benar-benar bersalah dan siapa yang benar-benar terluka mengapa mereka di luar sana sudah beraninya menghakimi aku, bukankah mereka yang harusnya meminta