Skip to main content

Hanya Ingin Bersetia

Mungkinkah selama ini aku sedang membuang-buang waktu
Atau justru sedang mengakrabkan diri dengan detik-detik waktu yang berlalu?
Apa benar sejak hari itu aku telah menyia-nyiakan kesempatan
Atau justru sedang membangun kekuatan dari harapan-harapan yang kucitakan?
Aku masih melakukan yang sama, untukmu
Sebab aku selalu dengan sukacita melakukannya
Aku masih mendoakan yang sama, hidupmu
Sebab itu salah satu cara yang aku bisa, mencintaimu dengan rahasia
Aku masih merindukan yang sama, dirimu
Sebab itu, selalu terselip namamu dalam tiap doa.
Aku padamu, bersetia.


Cibubur, Januari 2015
Sempat diguyur hujan deras siang tadi.

Comments

Popular posts from this blog

Petang Selanjutnya Tidak Pernah Datang

Petang itu semua seakan berhenti dan seakan-akan memang dipaksa untuk berhenti aku kehilangan dirinya, jangankan wujud nyatanya, sekelebat bayangnya pun tidak ku temukan biasanya ia muncul pada petang tanpa diundang lewat sebuah pesan dengan senyum dan sapa khas, hanya ia yang punya kami biasa membuat janji di sebuah tempat yang banyak orang lalu lalang, tempat pedagang menjajakan dagangannya, tempat muda mudi bercengkrama sembari melepas tawa pada sebuah petang dan selalu begitu pada beberapa petang selanjutnya tapi petang itu, menjadi petang teakhir kami menghabiskan waktu seakan semua yang lalu tidak pernah ada kami beku, kaku.. kolam ikan dan pohon jambu jadi saksi bisu kami tidak bisa bicara seleluasa biasanya hati rasanya ngilu setelah itu, petang selanjutnya ia tidak pernah datang menemuiku. 27 July 2011 | 17:03 re-write dari akun kompasiana.dewantinurcahyani.com

Kesunyian Diam

Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono Entah akan sampai kapan, bahkan kini sudah tiba di bulan Juni Perempuan itu terus berunding dengan perasaannya sendiri Masih tawar-menawar takdir yang mungkin masih berstatus nasib Ia terus mengirim pesan dan meninggalkan beberapa panggilan padamu Sementara jauh di sana kamu hanya berupa sepi Tak jarang perempuan itu menghaturkan doa Pikirnya, itu cara merengkuhmu dari jauh Namun justru semakin menjebaknya dalam lengang Hingga saat ini ia masih tetap memendam dalam Apa tak jua kamu rasa ia berharap? Perempuan itu meratap, harap-harap cemas Wajahnya murung lebih gelap dari mendung Menunggu, menjaga, menanti balasan darimu Hatinya terlunta, tapi lidahnya kelu Namun, ia tak juga mampu untuk satu hal itu "Aku mencintaimu", kalimat yang hanya mampu berkecamuk dalam hatinya Ketika sampai di kerongkongan, yang keluar hanya parau Tak pelak, kalimat itu berubah menjadi tangis Memecah kesunyian di dini hari yang abadi. ...